Cara Handle Bisnis di Era Pandemi: Digitalisasi

Bagaimana Cara Handle Bisnis di Era Pandemi: Digitalisasi

Di era pandemi seperti saat ini, tentu ada banyak sekali bisnis yang mengalami kemunduran. Apalagi dengan banyaknya aturan pembatasan mobilitas yang begitu besar dampaknya terhadap bisnis apapun saat ini.

Meski demikian ada banyak sekali tips yang bisa kamu lakukan sebagai entrepreneur. Tentu untuk bisa keluar dari jeratan pembatasan gerak ini, apalagi di era revolusi industri . seperti sekarang.

Salah satunya adalah dengan digitaliasasi usaha. Pertanyaan berikutnya adalah, lantas bagiaman untuk usaha-usaha yang “wajib” dilakukan secara offline? Seperti bengkel misalnya?

Mari kita bahas satu persatu!

Digitalisasi Bisnis: % Online

bisnis online di era pandemi

Diantara beberapa sektor bisnis, khususnya usaha mikro dan kecil menengah. Ada beberapa jenis yang bisa dilakukan % online, dan tentu bisnis-bisnis inilah yang paling hidup di masa pandemi seperti saat ini.

Adapun beberapa contoh bisnis yang bisa dilakukan % online adalah sebagai berikut ini:

  • Bisnis food and beverage; baik yang berbasis frozen atau yang pesan – antar.
  • Bisnis mentoring; seperti kursus online ataupun bimbingan belajar online.
  • Bisnis content creation; seperti kamu yang memiliki keterampilan edit video, edit gambar, hingga menulis.
  • Bisnis berbasis website; seperti orang-orang yang melakukan bisnis SEO management.
  • Bisnis manajemen media sosial.
  • Bisnis EO; untuk yang satu ini bisa % online, bisa : online dan offline.

Selain dari bisnis di atas tentu masih banyak lagi bisnis lainnya yang saat ini bisa berjalan % online.

Untuk kamu yang sudah merintis bisnis-bisnis semacam ini sejak sebelum pandemi tentu saja artinya saat ini adalah berkah yang luar biasa besar.

Karena menurut beberapa literatur, bisnis-bisnis semacam ini justru berkembang dengan pesat saat pandemi. Nah, bagi kamu yang baru shifting tentu sangat mungkin akan mengalami penurunan laba.

Pertanyaannya adalah, bagaimana kemudian mengoptimalkan hal tersebut? Ini dia tipsnya!

Apa yang Boleh dan/atau Harus Dilakukan

Ada beberapa tips yang bisa kamu kerjakan, khususnya bagi kamu yang menggeluti model bisnis % online seperti yang kami bahas saat ini.

  • Gunakan Konsep Transformasi Digital; bukan hanya model bisnisnya saja, tapi benar-benar lakukan transformasi digital hingga ke kultur di dalam bisnis harianmu. Mulai terapkan digital management service, restrukturisasi organisasi, dan berikan porsi yang besar untuk posisi IT, digital management, hingga content management.
  • Eksplorasi Model Bisnis; di dalam strategi bisnis digital, consumer experience merupakan pusat yang harus kamu perhatikan dengan serius. Produk memang yang utama, tapi semakin tinggi kepuasan pelanggan dalam menggunakan platform-mu, maka semakin sukses perusahaanmu.
  • Bermain Dengan Data; salah satu kunci sukses di dalam berbisnis digital adalah bermain dengan data. Kamu harus mengumpulkan data mengenai pelanggan, data penjualan harian, hingga data supply and demand product.

Pada dasarnya dengan melakukan tiga prinsip di atas, kamu artinya sudah memulai digitalisasi bisnismu dengan baik. Lebih jauh lagi, bagi kamu yang memang sudah merintis bisnis semacam ini sebelumnya, tentu dapat dipastikan hasilnya bisa lebih maksimal.

Langkah Bagi yang Belum Pernah Berbisnis Digital

Pertanyaan utama bagi kamu yang sama sekali belum pernah melakukan bisnis digital barangkali adalah bagaimana memulainya. Nah sebelum kami berikan langkah-langkahnya, perlu kamu ketahui kalau bisnis digital membutuhkan modal dan waktu yang lebih sedikit ketimbang bisnis offline, untuk bidang bisnis yang sama.

Adapun langkah-langkah yang bisa kamu lakukan adalah sebagai berikut ini:

  1. Bila sama sekali belum memiliki bisnis buatlah business model canvas milikmu sendiri. Bila masih bingung, setidaknya buatlah konsep bisnismu. Setidaknya di akhir, kamu harus tahu produk seperti apa yang ingin kamu jual.
  2. Pelajari alur supply and demand di dalam e-commerce. Pada dasarnya ada banyak sekali cara untuk mendapatkan stok barang. Namun untuk pertama kali, cukup gunakan e-commerce yang memang sudah terpercaya.
    • Lakukan riset mengenai supplier terpercaya yang bisa kamu temui di e-commerce.
    • Pastikan supplier tersebut selalu memiliki barang ready stock, berkualitas, dan dapat mengirim tepat waktu.
  3. Bila ingin memulai sendiri, tentu harus menyiapkan banyak sekali waktu untuk menjadi manager sekaligus ‘admin’.
    • Bila ingin memiliki karyawan, pastikan karyawanmu tidak gagap teknologi.
  4. Kumpulkan data pembelimu.
    • Dari mana saja lokasi pembeli, atau bila memungkinkan hingga demografi (jenis kelamin, usia, pekerjaan, dsb).
    • Barang-barang yang paling sering dibeli.
    • Waktu tersering pembeli melakukan check out.
  5. Lakukan evaluasi dari data tersebut. Misalnya, kamu bisa meningkatkan stok barang yang paling banyak dibeli.
    • Lebih jauh lagi, bila sudah mahir dan memiliki media sosial sendiri. Kamu bisa memanfaatkan Google Ads untuk beriklan kepada orang-orang yang spesifik (sesuai dengan data pembeli mayoritas produkmu).

Memang cara yang kami jabarkan di atas terlalu sederhana. Tapi bisnis yang paling baik pada akhirnya adalah bisnis yang dijalankan dan bukan hanya direncanakan. Yuk mulai sambil belajar!

Digitalisasi Bisnis: Sebagian Online dan Sebagian Offline

evaluasi

Tidak dapat dipungkiri juga kalau tidak semua sektor bisnis bisa diperlakukan sebagai bisnis online. Ada bahkan banyak sekali bisnis yang tidak bisa dijadikan bisnis online murni %.

Sebut saja misalnya bagi kamu yang memiliki bengkel, usaha laundry, usaha fotografi, usaha reparasi elektronik, atau misalnya bagi kamu yang seorang tenaga kesehatan dan memiliki klinik dan tempat praktik sendiri.

Untuk kamu yang memiliki bisnis semacam ini, kami juga punya memiliki beberapa tips yang bisa kamu coba.

Baca juga :  Kini Bayar Pajak Semudah Beli Pulsa!! Mulai dari SPT, PBB, PNBP, Bea & Cukai

Pelajari Alur Bisnis Secara Online

Nah, poin penting bagi kamu yang memiliki bisnis-bisnis semacam ini adalah pelajari alur bisnis secara online!

Sulitnya untuk bisnis-bisnis yang harus menghadirkan fisik adalah tentu saja, pelayanan menjadi terbatas. Selain itu untuk solusi yang satu ini memang harus dipelajari “kasus per kasus”.

Misalnya kamu yang memiliki bisnis bengkel mobil, bisa menerapkan  beberapa alur digital di beberapa layanan:

  • Pemesananan antrean bengkel.
  • Alur penjemputan kendaraan oleh pihak bengkel. Disertai assessment kendaraan yang bisa dikirim secara online.
  • Alur pengantaran kendaraan oleh pihak bengkel.
  • Dsb

Kamu tidak perlu mengubah bengkelmu % online bukan? Lagipula misalnya untuk tambal ban mana mungkin dilakukan secara online.

Artinya bagi kamu yang memiliki bisnis di sektor lain, bisa melakukan hal semacam ini. Cari celah-celah yang bisa meminimalisasi interaksi antara pelanggan dan penjual, dan lakukan digitalisasi di sana.

Pelajari Manajemen Data

Salah satu istilah yang cukup populer di dunia bisnis adalah Customer Relationship Management dimana CRM merupakan proses bisnis yang mengombinasikan antara manusia, proses, dan teknologi.

Kamu bisa mengumpulkan database sebanyak-banyaknya hal seputar konsumen yang kamu miliki. Untuk kemudian bisa meningkatkan penjualan, mencari konsumen, dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

Bila memiliki banyak waktu tentu saja kami sangat menyarankan kamu untuk mempelajari CRM secara detil. Apabila tidak, kamu bsa mencari aplikasi CRM yang jumlahnya cukup banyak saat ini, misalnya Zoho, SugarCRM, Barantum CRM, dan semacamnya.

Classic vs Agile Project Management

Mungkin tidak sepopuler teori-teori project management lainnya, tapi saat ini salah satu yang cukup sering diadopsi adalah agile concept.

Konsep dari teori ini adalah bagaimana caranya ‘hasil’ bisa terlihat dari awal, dengan improvement secara progresif. Ada banyak sekali metodologi yang bisa kamu pelajari. Namun metode yang cukup populer misalnya SCRUM.

Sayangnya, kami rasa tidak mungkin kami menjabarkan apa itu metode SCRUM dalam artikel ini. Tapi secara konsep beberapa yang tercakup di dalam metode SCRUM adalah sebagai berikut.

  • Tidak ada lagi spesifikasi fungsional yang detil.
  • Tidak ada lagi analisis fungsional.
  • Kembali ke informal user requirements.
  • Improvisasi, serta trial and error sangat dijunjung tinggi di dalam metode SCRUM.
  • Progresivitas sepanjang project adalah kunci.
  • Buang hal yang tidak berguna, masukkan benefit yang ada.

Jika masih belum bisa memahaminya. Anggap saja, metode ini sebagai metode yang memungkinkan pelakunya menjadi sangat dinamis. Tidak terlalu kaku seperti metode-metode di masa lalu yang sangat terpaku dengan proses.

Adapun metode SCRUM mengedepankan progresivitas, dan evaluasi yang sangat intens. Nah ‘sialnya’ metode ini sangat cocok digunakan untuk perusahaan-perusahaan berbasis teknologi.

Artinya kamu yang ingin melakukan digitalisasi bisnis sangat kami rekomendasikan untuk mempelajari Agile Methodology, dan salah satunya adalah SCRUM!

Investasi?

Salah satu hal tersulit yang mungkin bakal menjadi beban pikiranmu di dalam digitalisasi bisnis adalah soal investasi. Mengenai berapa banyak yang harus kamu investasikan bila ingin melakukan digitalisasi bisnis?

Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan disini:

  1. Identifikasi project; langkah terpenting adalah mencari masalah atau opportunity. Kuncinya adalah bagaimana teknologi yang ada, atau teknologi baru bisa diadaptasi ke model bisnismu agar sesuai dengan kondisi pasar?
  2. Tinjau tujuan bisnis; sebelum menentukan investasi, pikirkanlah tujuan bisnismu / project selanjutnya. Apakah untuk menaikkan pendapatan, menurunkan cost usaha, meningkatkan ketertarikan konsumen, atau meningkatkan produktivitas pegawai?
  3. Tentukan metriks investasi; tentukanlah metrix investasi yang ingin kamu pakai. Bisa teknologi dan jasa, infrastruktur jaringan, aplikasi, tools untuk monitoring, dan sebagainya.
  4. Tentukan nilai masing-masing metriks; dari masing-masing metriks yang sudah kamu pikirkan dan tentukan sebelumnya, tentukan masing-masing nilainya. Tentukan angka keberhasilan masing-masing metriks.
  5. Tentukan rentang waktu; salah satu hal tersulit di dalam berinvestasi digital adalah menentukan rentang waktu. Hal ini nantinya akan berkaitan dengan nilai ROI atau angka balik modal. Kita ambil contoh kasus di bawah ini:
    • Sebuah klinik X, memiliki layanan medis dengan jasa konsultasi dokter (belum resep dokter) seharga Rp .,- per konsultasi.
    • Dalam model bisnis klinik X offline, seorang dokter rata-rata menerima konsultasi pasien per jam secara offline.
    • Klinik X lalu melakukan transformasi digital dengan memberikan layanan telemedicine. Sehingga seorang dokter bisa menerima konsultasi hingga pasien per jam, dengan biaya Rp .,- per konsultasi.
    • Tentu dari sana saja bisa dihitung berapa keuntungan dari transformasi ini. Dari situ lalu lakukan perhitungan terhadap modal yang sudah dibuat di awal (untuk digitalisasi layanan). Barulah bisa dihitung berapa ROI nya.

Setelah itulah baru kamu bisa menentukan berapa biaya investasi yang harus kamu keluarkan untuk membuat bisnismu menjadi digital. Baik digital % ataupun /, atau malah dengan mayoritas layanan offline.

Penutup

Percaya atau tidak, terlepas dari kapan pandemi ini akan berakhir. Ada banyak ahli yang memprediksi kalau bisnis pasca pandemi akan bergeser ke arah digital. Siapa yang mampu memainkannya maka akan jadi pemenang.

Pertanyaannya saat ini apakah kamu akan stuck dan mempertahankan model bisnis yang kamu miliki? Atau kamu akan mencoba mengubah arah bisnis menjadi bisnis digital yang ‘digadang-gadang’ akan semakin moncer di masa mendatang?

Good luck!

Cara Handle Bisnis di Era Pandemi: Digitalisasi #Cara #Handle #Bisnis #Era #Pandemi #Digitalisasi